Penjelasan singkat bahasa koboi nya begini ....
Power amp jenis ini sebenarnya ya class AB saja pada intinya .. akan tetapi ditambahkan rangkaian adjustment regulator yg bekerja sbg class H atau G dan di tambahkan pwm class D untuk mengendalikan sirkuit class H/G tadi supaya bekerja mensuplay tegangan bagian driver dan final dari class AB tsb.
(Ingat.. pada class H / G , terdapat 2 tegangan ataw lebih , tapi pada class TD menggunakan Tegangan HV nya saja .
Sehingga dibagian bagian TR driver dan TR final tegangan yg mengalir tdk langsung besar seperti di output Psunya ..tetapi berangsur angsur membesar sesuai kemauan signal inputnya .
Contoh..
Keluaran psu 100vdc..
maka pada saat power amp belum di buka volume/belum ada input, maka tegangan di bagian TR driver dan Final hanya dikisaran 6volt saja.. dan tegangan ini akan membesar sesuai bukaan input audio .. semakin keras audionya semakin besar voltase yg mengalir di bagian TR driver dan Finalnya (bayangkan ketika anda memandangi VU meter display analog yg bergerak naik ketika ada audio signal , sperti itulah respon sirkuit regulator power ini dibagian final dan drivernya . Hal ini bisa kita cek pada jalur tegangan di bagian TR finalnya) . akan tetapi voltase yg mengalir di bagian itu tdk akan pernah sampai Di 100v tadi..paling mentok ya di kisaran 80-85vdc saja nantinya.
Karena system yg rumit dibagian sirkuit regulatornya.. maka secanggih apapun sirkuit yg dibangun dibagian tsb , tentu ada jeda waktu antara suply yg mengalir di bagian final dan drivernya di bandingkan dgn kemauan inputnya..
Sebagai ilustrasinya begini ..
* Pada class AB ..(power amp menggunakan tegangan tunggal ataw lebih secara bersamaan)
Tegangan di bagian op amp driver sampai ke final cenderung sama .. akan tetapi jika kita buka volume keras .. tegangan psu cenderung turun.. maka disinilah akan kelihatan cacatnya jika tegangan drop nya terlalu besar (melebihi 10v).
* Pada class H / class G.
( Power amp menggunakan tegangan doble atau lebih secara pertambahan)
Tegangan di bagian Op Amp dan predrivernya umumnya menggunakan tegangan HV nya..tapi hal ini bukan syarat yg mutlak.
Nah jika misalnya class H ini menggunakan tegangan LV 50v & HV 100vdc, maka ketika volume nol .. tegangan yg mengalir di bagian TR final dan TR drivernya sudah ada tegangan 50vdc.. jika volume di buka mendekati 50% sampai full..maka tegangan yg mengalir di bagian tsb berangsur angsur naik dari 50v naik dan terus naik sesuai sumber inputnya di semua freq audio, jadi bukan hanya di nada2 sub bass ataw bass saja seperti yg umum kita bayangkan selama ini (pada mode fullrange tanpa menggunakan management maupun crossover)..
Pada class H dgn suplay HV 100vdc tadi ,maka tegangan puncaknya nanti ya tetep di bawah 100v ..
Kembali ke topik class TD...
Kelebihan power jenis ini ya hanya di efisiensi tr final supaya lebih panjang umur.. karna umumnya power jenis ini lebih dingin dibandingkan dgn 2 jenis power diatas ( class Ab & H ).
Soal qualitas audionya ya tergantung driver powernya dan penguatan aksesories di bagian inputnya..psu yg mendukung jg jangan lupa speakernya sebagai keluaran dari audionya...
Kekurangan dr class TD ..
*Karna menggunakan sirkuit yg rumit.. tentu ada ruginya secara sirkuit dan ke ekonomisan dalam pemeliharaannya..
Bagi anda petualang dan seniman power amp ,,patut di jadikan bahan pembelajaran.
*Bagi yg bermodal kecil dalam usaha rental sound .. sebaiknya hindari power jenis ini . Lebih baik menggunakan class H saja ataw class AB dgn tegangan yang besar , misal di tegangan 110vdc CT ..(tentu butuh pemilihan driver op amp yg fit, ketelitian dan skill untuk hal ini supaya ga meledak TR2 finalnya)
Apalagi jika sound engineer /jokey audionya kurang memahami instrument yg dibawa ..
Utamanya di gensetnya..
Jika genset rakitan yg belum fit dgn freq tegangan kurang dari 50hz pada beban puncaknya. hampir bisa di pastikan power jenis ini akan kluar jin jika frequensi gensetnya tdk stabil sesuai kebutuhan powernya ..apalagi jika psunya menggunakan SMPS .
* Jika ada kerusakan dr power ini, maka tdk bisa buru2 dpt digunakan kembali, apalagi jika anda jauh di pelosok wilayah indonesia.. komponennya tdk terlalu familiar bagi kebanyakan servis dan toko spare part disekitar anda ..
Akhir kata...
Dari pabrikan dan merk apapun yg ada di pasaran dunia ...
Jangan berharap yg SEMPURNA karna semuanya selalu ada kelebihan dan kekurangannya ..
Sampai kapanpun ya selalu begitu ..
Demikian sekelumit pemahaman saya yg saya sajikan untuk anda para opreker di seluruh Nusantara dan skitarnya , semoga dgn penjelasan sederhana ini bisa sedikit membantu pemahaman anda para awam ,perakit dan pelajar audio pada umumnya ..
Trima kasih telah membaca artikel ini..
Dan mohon maaf jika tulisan ini terlalu vulgar dan menyinggung bbrp pihak terkait ..
Wassalaam ... 😊😊😊
Power amp jenis ini sebenarnya ya class AB saja pada intinya .. akan tetapi ditambahkan rangkaian adjustment regulator yg bekerja sbg class H atau G dan di tambahkan pwm class D untuk mengendalikan sirkuit class H/G tadi supaya bekerja mensuplay tegangan bagian driver dan final dari class AB tsb.
(Ingat.. pada class H / G , terdapat 2 tegangan ataw lebih , tapi pada class TD menggunakan Tegangan HV nya saja .
Sehingga dibagian bagian TR driver dan TR final tegangan yg mengalir tdk langsung besar seperti di output Psunya ..tetapi berangsur angsur membesar sesuai kemauan signal inputnya .
Contoh..
Keluaran psu 100vdc..
maka pada saat power amp belum di buka volume/belum ada input, maka tegangan di bagian TR driver dan Final hanya dikisaran 6volt saja.. dan tegangan ini akan membesar sesuai bukaan input audio .. semakin keras audionya semakin besar voltase yg mengalir di bagian TR driver dan Finalnya (bayangkan ketika anda memandangi VU meter display analog yg bergerak naik ketika ada audio signal , sperti itulah respon sirkuit regulator power ini dibagian final dan drivernya . Hal ini bisa kita cek pada jalur tegangan di bagian TR finalnya) . akan tetapi voltase yg mengalir di bagian itu tdk akan pernah sampai Di 100v tadi..paling mentok ya di kisaran 80-85vdc saja nantinya.
Karena system yg rumit dibagian sirkuit regulatornya.. maka secanggih apapun sirkuit yg dibangun dibagian tsb , tentu ada jeda waktu antara suply yg mengalir di bagian final dan drivernya di bandingkan dgn kemauan inputnya..
Sebagai ilustrasinya begini ..
* Pada class AB ..(power amp menggunakan tegangan tunggal ataw lebih secara bersamaan)
Tegangan di bagian op amp driver sampai ke final cenderung sama .. akan tetapi jika kita buka volume keras .. tegangan psu cenderung turun.. maka disinilah akan kelihatan cacatnya jika tegangan drop nya terlalu besar (melebihi 10v).
* Pada class H / class G.
( Power amp menggunakan tegangan doble atau lebih secara pertambahan)
Tegangan di bagian Op Amp dan predrivernya umumnya menggunakan tegangan HV nya..tapi hal ini bukan syarat yg mutlak.
Nah jika misalnya class H ini menggunakan tegangan LV 50v & HV 100vdc, maka ketika volume nol .. tegangan yg mengalir di bagian TR final dan TR drivernya sudah ada tegangan 50vdc.. jika volume di buka mendekati 50% sampai full..maka tegangan yg mengalir di bagian tsb berangsur angsur naik dari 50v naik dan terus naik sesuai sumber inputnya di semua freq audio, jadi bukan hanya di nada2 sub bass ataw bass saja seperti yg umum kita bayangkan selama ini (pada mode fullrange tanpa menggunakan management maupun crossover)..
Pada class H dgn suplay HV 100vdc tadi ,maka tegangan puncaknya nanti ya tetep di bawah 100v ..
Kembali ke topik class TD...
Kelebihan power jenis ini ya hanya di efisiensi tr final supaya lebih panjang umur.. karna umumnya power jenis ini lebih dingin dibandingkan dgn 2 jenis power diatas ( class Ab & H ).
Soal qualitas audionya ya tergantung driver powernya dan penguatan aksesories di bagian inputnya..psu yg mendukung jg jangan lupa speakernya sebagai keluaran dari audionya...
Kekurangan dr class TD ..
*Karna menggunakan sirkuit yg rumit.. tentu ada ruginya secara sirkuit dan ke ekonomisan dalam pemeliharaannya..
Bagi anda petualang dan seniman power amp ,,patut di jadikan bahan pembelajaran.
*Bagi yg bermodal kecil dalam usaha rental sound .. sebaiknya hindari power jenis ini . Lebih baik menggunakan class H saja ataw class AB dgn tegangan yang besar , misal di tegangan 110vdc CT ..(tentu butuh pemilihan driver op amp yg fit, ketelitian dan skill untuk hal ini supaya ga meledak TR2 finalnya)
Apalagi jika sound engineer /jokey audionya kurang memahami instrument yg dibawa ..
Utamanya di gensetnya..
Jika genset rakitan yg belum fit dgn freq tegangan kurang dari 50hz pada beban puncaknya. hampir bisa di pastikan power jenis ini akan kluar jin jika frequensi gensetnya tdk stabil sesuai kebutuhan powernya ..apalagi jika psunya menggunakan SMPS .
* Jika ada kerusakan dr power ini, maka tdk bisa buru2 dpt digunakan kembali, apalagi jika anda jauh di pelosok wilayah indonesia.. komponennya tdk terlalu familiar bagi kebanyakan servis dan toko spare part disekitar anda ..
Akhir kata...
Dari pabrikan dan merk apapun yg ada di pasaran dunia ...
Jangan berharap yg SEMPURNA karna semuanya selalu ada kelebihan dan kekurangannya ..
Sampai kapanpun ya selalu begitu ..
Demikian sekelumit pemahaman saya yg saya sajikan untuk anda para opreker di seluruh Nusantara dan skitarnya , semoga dgn penjelasan sederhana ini bisa sedikit membantu pemahaman anda para awam ,perakit dan pelajar audio pada umumnya ..
Trima kasih telah membaca artikel ini..
Dan mohon maaf jika tulisan ini terlalu vulgar dan menyinggung bbrp pihak terkait ..
Wassalaam ... 😊😊😊
